Asalamualaikum
Wr Wb
Perkenalkan
saya Ardi Firmanto S.Pd,SD. Pada kesempatan ini saya akan memaparkan koneksi
antar materi dari modul 1 sampai Modul 2.1 program guru pengerak yang sudah
saya ikuti selama kurang lebih 2 bulan.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang berupaya mengakomodir kebutuhan
belajar murid yang beragam melalui serangkaian keputusan masuk akal (Common
Sense) yang dibuat oleh guru. Setiap peserta didik adalah individu yang unik
dan seyogyanya hal tersebut menjadi dasar dari praktik-praktik pembelajaran
yang dilakukan oleh guru. Prinsip keadilan dalam pembelajaran berdiferensiasi
bukan tentang memberikan perlakuan yang sama, melainkan pembelajaran diharapkan
dapat mengakomodir kebutuhan belajar murid, yaitu kesiapan belajar, minat dan
profil belajar peserta didik.
Dalam praktiknya, pembelajaran berdiferensiasi memerlukan langkah persiapan di antaranya adalah guru dapat mengidentifikasi kebutuhan belajar murid berdasarkan 3 (tiga hal), yaitu kesiapan belajar (Readinnes), minat murid dan profil (gaya) belajar murid. Guru atau wali kelas dapat menggelar asesmen awal untuk mengidentifikasi minat murid dan profil atau gaya belajar, hasil asesmen awal tersebut dapat digunakan untuk dasar melakukan pembelajaran diferensiasi. Guru juga dapat mengadakan pretes untuk mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik atau kesiapan belajar. Namun, menggelar asesmen awal atau diagnostik bukan satu-satunya cara untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar murid, misalnya dapat juga memanfaatkan hasil asesmen formatif yang berkelanjutan.
Hasil
identifikasi kebutuhan belajar murid dapat dijadikan informasi atau acuan untuk
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau modul ajar. Dalam upaya
mengakomodir kebutuhan belajar murid, guru dapat merencanakan pembelajaran
berdasarkan 3 strategi pembelajaran berdiferensiasi, dapat dipilih salah satu
atau lebih, yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses, atau diferensiasi produk.
Tujuan pembelajaran menjadi hal yang sangat penting untuk dirumuskan, karena
tujuan pembelajaran tetap menjadi tolok ukur capaian dari pembelajaran
berdiferensiasi yang dilakukan oleh guru. Berikut penjelasan singkat tentang 3
strategi pembelajaran diferensiasi.
1. Diferensiasi konten, yang
dimaksud konten di sini adalah hal atau materi yang diajarkan kepada murid.
Konten dapat dibedakan berdasarkan kesiapan belajar (readinnes), minat atau
gaya belajar murid.
2. Diferensiasi proses, yaitu
tentang bagaimana murid akan memahami atau memaknai materi yang diajarkan. Guru
dapat mengkondisikan pembelajaran secara berkelompok atau individu. Guru dapat
menyajikan materi dalam media atau alat peraga berupa multimedia / audio visual
yang dapat mengakomodir gaya belajar murid. Selain itu, guru dapat membuat
beberapa skenario pembelajaran berdasarkan kesiapan belajar.
3. Diferensiasi produk, dalam hal
ini, produk yang dimaksud harus mencerminkan pemahaman murid dan berhubungan
dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan, guru dapat melakukan diferensiasi
produk dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar murid.
Guru melakukan
tugas mengajar mendasarkan praktiknya pada pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki yang berhubungan dengan mata pelajaran yang diampu serta pedagogik. Di
samping itu, guru juga harus membangun komunikasi yang baik sehingga dapat
membangun kepercayaan murid, agar murid dapat termotivasi dan mengikuti proses
pembelajaran. Motivasi internal diharapkan dapat tumbuh dan melatarbelakangi
setiap aktivitas murid dalam pembelajaran. Hal tersebut dapat diupayakan dengan
pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar murid. Strategi pembelajaran
berdiferensiasi berupaya memenuhi kebutuhan belajar murid. Pembelajaran
berdiferensiasi menghendaki setiap peserta didik dapat mencapai kesuksesan
dalam pembelajaran. Berkaitan dengan asesmen, guru dapat melakukan beberapa
jenis asesmen. Ada 3 perspektif dalam mengadakan asesmen:
1. Assessment for learning -
Penilaian yang dilakukan selama proses pembelajaran dan dapat digunakan sebagai
dasar untuk melakukan perbaikan proses pemebalajaran berikutnya. Berfungsi
sebagai penilaian formatif.
2. Assessment of learning -
Penilaian yang dilakukan setelah proses pembelajaran selesai. Berfungsi sebagai
penilaian sumatif
3. Assessment as learning -
Penilaian sebagai proses belajar itu sendiri dan melibatkan murid-murid secara
aktif. Penilaian ini juga dapat berfungsi sebagai penilaian formatif.
Guru dapat
melakukan penilaian menggunakan berbagai strategi serta menganalisis hasilnya,
hal tersebut akan membantu guru untuk dengan tepat menyesuaikan strategi
pembelajaran, dukungan yang harus diberikan kepada murid, serta konten seperti
apa yang harus disampaikan. Semua penyesuaian terkait pembelajaran yang dibuat
oleh guru tersebut akan bergantung pada data hasil penilaian yang dilakukan
oleh guru.
Keterkaitan
modul 2.1 dengan modul-modul sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Filosofi KHD
Berdasarkan
pemikiran Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah menuntun kodrat anak sesuai
kodrat alam dan zaman dengan berpihak pada anak sesuai dengan perkembangan
minat, bakat dan potensi anak. Tentu saja hal ini sejalan dengan dilakukannya
pembelajaran berdiferensiasi yang berusaha memfasilitasi kebutuhan belajar
setiap murid berdasarkan aspek kesiapan belajar, minat belajar dan profil
belajar.
2. Nilai dan peran Guru Penggerak
Nilai guru
penggerak terdiri dari mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak
pada murid. Peran guru penggerak antara lain pemimpin pembelajaran,
menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong
kolaborasi antar guru dan mewujudkan kepemimpinan murid.
Untuk dapat
melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi sangat dibutuhkan nilai-nilai yang
ada pada guru penggerak. Di mana seorang guru penggerak harus mampu secara
mandiri merancang bagaimana RPP pembelajaran berdiferensiasi di kelasnya.
Inovatif dalam memilih dan merencanakan dua atau tiga jenis diferensiasi dalam
satu kali pembelajarannya. Peran sebagai guru penggerak khususnya sebagai
pemimpin pembelajaran, guru harus memfokuskan pada pembelajaran yang berpihak
pada murid yang dituangkan saat mendesain dan menerapkan ragam variasi startegi
yang tepat untuk memenuhi kebutuhan belajar setiap murid.
3. Visi Guru Penggerak
Seorang guru
penggerak tentu memiliki visi dan cita-cita dari apa yang akan dan sedang
dikerjakannya. Visi guru penggerak tidak terlepas dari kepentingan bahwa yang
menjadi subyek adalah murid, yang lagi-lagi berpihak pada murid. Guru yang
berpihak pada murid tentu akan proaktif untuk melaksanakan pembelajaran
berdiferensiasi ini.
4. Budaya Positif
Penerapan budaya positif di dalam
ruang kelas terutama disiplin positif, membuat kesepakatan kelas, dan
menerapkan kontrol guru berupa manajer, akan dapat mewujudkan lingkungan
belajar yang mendukung sistem pembelajaran berdiferensiasi. Di mana dalam
proses pembelajaran diferensiasi diperlukan sebuah langkah berupa diagnostik
awal baik kognitif dan nonkognitif. Langkah-langkah ini akan dapat berjalan
atau dijalankan dengan baik dan valid jika telah tercipta budaya positif di
sekolah.
Demikian koneksi antar materi modul
2.1 yang saya buat, Semogga dapat memperjelas pemahaman tentang pembelajaran
berdiferensiasi.
0 Komentar