Hallo, Salam dan Bahagia.
Saya Ardi Firmanto CGP Angkatan 9
dari Kabupaten Magelang.
Kali ini saya akan membuat
kesimpulan dan mengoneksikan materi yang ada di dalam modul 3.2 'Pemimpin
Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya' serta implementasinya di dalam
kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah
Ekosistem merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk
hidup dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Sebuah ekosistem
mencirikan satu pola hubungan yang saling menunjang pada sebuah teritorial atau
lingkungan tertentu. Jika diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah
sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik
(unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya
sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem
sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan
keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada dalam
ekosistem sekolah di antaranya adalah: Murid, Kepala Sekolah, Guru, Staf/Tenaga
Kependidikan, Pengawas Sekolah, Orang Tua, Masyarakat sekitar sekolah, Dinas
terkait, Pemerintah Daerah.
Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan,
faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan
proses pembelajaran di antaranya adalah: Keuangan, Sarana dan prasarana, Lingkungan
alam
Dalam modul 3.2 ini terdapat pendekatan berfikir dalam
pengelolaan aset terdiri atas 2 jenis, yakni:
1.
Pendekatan berbasis kekurangan/masalah
(deficit-based approach) akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu,
apa yang kurang, dan apa yang tidak berfungsi dengan baik.
2.
Pendekatan berbasis aset (asset-based approach)
adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer. Pendekatan ini
merupakan cara praktis menemukenali hal-hal yang positif dalam kehidupan.
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran di sekolah, maka harus bisa menerapkan pemikiran yang berbasis aset atau asset based thinking. Sekolah bisa kita pandang sebagai sebuah komunitas. Karena itu, sekolah dapat belajar tentang bagaimana menjadi komunitas yang sehat dan tangguh.
Bank of I.D.E.A.S (2014) menyebut bahwa karakteristik komunitas yang sehat dan resilien adalah sebagai berikut:
- Mempraktikkan dialog berkelanjutan dan partisipasi anggota masyarakat
- Menumbuhkan komitmen terhadap tempat
- Membangun koneksi dan kolaborasi
- Mengenal dirinya sendiri dan membangun aset yang ada
- Membentuk masa depannya
- fBertindak dengan obsesi ide dan peluang
- Merangkul perubahan dan bertanggung jawab
- Menghasilkan kepemimpinan
Ada tujuh modal asset diantaranya : modal manusia, modal social, modal politik, modal agama dan budaya, modal fisik, modal lingkungan/alam, dan modal finansial.
Penjelasan dan contoh bagaimana
hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran
murid menjadi lebih berkualitas.
Pengelolaan sumber daya yang tepat dapat mendorong proses
pembelajaran di kelas menjadi lebih berkualitas hal ini merupakan bagian dari
pengelolaan sumber daya yang ada di sekolah. Modal manusia sebagai sumber daya
manusia, yaitu guru dan tenaga kependidikan sebagai salah satu modal yang
berkorelasi langsung pada peningkatan pembelajaran yang berkualitas. Sekolah
dapat memotivasi guru untuk mengikuti kegiatan pengembangan diri melalui
bimtek, diklat, workshop dan kegiatan lain yang mendukung kompetensi diri.
Pengelolaan modal lingkungan dipadu dengan modal fisik akan
berkorelasi dengan peningkatan pembelajaran murid. Lingkungan sekolah yang
kondusif dari segi sosial maupun politik akan menciptakan pembelajaran yang
nyaman, menyenangkan dan berpihak pada murid. Sumber daya ini sebagai aset
sekolah dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Modal sosial melalui kerjasama dengan Komunitas Belajar
sekolah maupun Komuniatas Belajar antar sekolah untuk meningkatkan kompetensi
guru. Kerjasama dengan Puskesmas untuk meningkatkan mutu kesehatan di sekolah.
Modal fisik adalah bangunan dan sarana prasarana yang dapat dimanfaatkkan
sesuai dengan bentuk dan pemanfaatanya, misalnya gedung utama, sarana prasarana
pendukung di sekolah. Modal lingkungan/alam yang ada disekitar sekolah adalah
sumber daya menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, seperti memanfaatkan
lingkungan menjadi area apotik hidup, green house dan tempa sumber belajar
tentang obat dan pemanfaatannya.
Modal finansial dengan membuat rencana kerja anggaran
sekolah (RKAS) sesuai prioritas dan kebutuhan sekolah sehingga mendukung untuk
keberlangsungan proses pembelajaran manjadi lebih berkulitas. Modal politik
berupa kerjasama atau kemitraan dengan instansi/dinas terkait yang di
pemerintah daerah untuk mendukung program-program sekolah. Modal agama dan
budaya untuk membantu pembelajaran menjadi lebih berkualitas yakni melestarikan
budaya kearifan lokal misal belajar tari tradisional dan kegiatan religi berupa
pondok ramadhan, memperingati hari besar nasional keagamaan melibatkan tokoh
agama disekitarnya.
contoh bagaimana materi ini juga
berhubungan dengan modul lainnya yang didapatkan sebelumnya selama mengikuti
Pendidikan Guru Penggerak.
Berikut hubungan materi antar modul:
Modul 1.1 Refleksi Filosofi Ki Hajar Dewantara : Pemetaan
potensi yang baik yang dapat disesuaikan untuk menuntun murid sesuai kodratnya
baik kodrat alam maupun kodrat zaman. Bagaimana guru dapat memetakan kebutuhan
belajar murid dengan menggali aset/kekuatan yang ada di ekosistem sekolah.
Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak: Kompetensi atau
kemampuan untuk merefleksikan, membuat inovasi dan kreatifitas serta
berkolaborasi dalam mendukung kesadaran pemimpin pembelajaran dalam melihat
aset/kekuatan yang ada.
Modul 1.3 Visi Guru Penggerak: Konsep BAGJA digunakan untuk
memulai perencanaan dalam pengelolaan sumber daya.
Modul 1.4 Budaya Positif: Memetakan potensi / aset adalah
salah satu cara berpikir positif dalam perencanaan pengembangan sumber daya.
Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi: Dalam penerapan
pembelajaran berdiferensiasi, guru bisa memetakan minat dan kreatifitas siswa
sebagai aset terbaik sekolah.
Modul 2.2 Keterampilan Sosial dan Emosional: Kompetensi /
kemampuan guru dalam keterampilan sosial dan emosional dalam memaksimalkan
pembinaan siswa sebagai aset sekolah.
Modul 2.3 Coaching: Teknink, prinsip, dan langkah-langkah
coaching bisa dilakukan guru untuk menggali kemampuan dan kemandirian coachee
sebagai aset sekolah, dalam menyelesaikan permasalahannya. Dalam hal ini
coachee bisa dari siswa, guru dan karyawan sekolah.
Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin
Pembelajaran : Dengan menerapkan konsep, paradigma dan nilai kebaikan bersama
serta penerapan 9 langkah pengambilan keputusan, maka pengelolaan aset dapat
berjalan lebih optimal. Pemimpin pembelajaran harus benar-benar bisa mengelola
asset yang ada di lingkungan sekolah dan sekitarnya.
Hubungan antara sebelum dan sesudah
mengikuti modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri saya
setelah mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.
Sebelum mengikuti modul ini:
- Saya cenderung berfikir berbasis kekurangan
- Saya belum sepenuhnya memahami aset yang ada
- Saya belum sepenuhnya memahami cara pengelolaan aset yang ada dalam ekosistem sekolah
Sesudah mengikuti modul ini:
- Saya mulai berfikir berbasis sumber daya
- Saya semakin mantap dan optimis menjadi pemimpin dalam pengelolaan aset/ sumber daya
- Saya dapat mengidentifikasi modal-modal aset yang dimiliki oleh sekolah
- Siap berbagi dengan rekan sejawat
Demikianlah koneksi antar materi
modul 3.2 Pemimpin Pembelajaran dalam Pengeloalan Sumber Daya.
Terima Kasih.
0 Komentar