KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4

 

Assalamu'alaikum wr.wb

Perkenalkan nama saya Ardi Firmanto, S.Pd.SD, saya CGP angkatan 9 dari SDN Sewukan 1 Kec. Dukun Kab. Magelang. Dalam kesempatan ini saya akan menulis pemahaman saya terhadap materi yang sudah dipelajari dari modul 1.1 sampai pada modul 1,4 isi tulisan ini dapat diistilahkan koneksi antar materi. Koneksi antar materi adalah sebuah tulisan tentang penguasaan pemahaman kita terhadap materi yang telah dipelajari dengan mengaitkan materi awal sampai dengan materi yang terakhir.

 

Koneksi antar materi pada modul 1.4 tentang budaya positif ini untuk memberikan kesimpulan mengenai peran saya dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, segitiga restitusi dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak, serta Visi Guru Penggerak.

Saya akan membuat refleksi dari pemahaman atas keseluruhan materi yang sudah saya pelajari dengan dibantu oleh pertanyaan-pertanyaan dalam LMS. Berikut koneksi antar materi yang saya buat :

A. Buatlah sebuah kesimpulan mengenai peran Anda dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan  sekolah/kelas, segitiga restitusi dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak,  serta Visi Guru Penggerak. 

Sebagai guru yang baik dan berkomitmen serta professional dalam bekerja, menerapkan budaya postif di lingkungan di mana ia bekerja adalah satu kewajiban baginya. Budaya postif yang diterapkan secara kontiue dan berkelanjutan tentulah mampu menciptakan iklim lingkungan kerja yang positif, nyaman dan menyenangkan. 

Dalam mencapai itu semua tentulah membutuhkan konsistensi dan kolaborasi antar warga sekolah. Dalam penerapannya tentulah pula tidak mudah apabila kita tidak memahami konsep-konsep budaya inti budaya positif, karena keberagaman karakter siswa, guru dan warga sekolah, karena itu kita harus mampu memahami konsep-konsep inti budaya positif tersebut.. Konsep-konsep inti dalam budaya positif yaitu disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, dan segitiga restitusi. Materi tentang budaya postif  saling berkaitan anatara modul yang dipelajari sebelumnya, yakni:

- Kaitan Budaya Positif dengan Materi Modul 1.1. Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara.



Kita tahu filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara yaitu pendidikan yang menuntun sesuai dengan kodrat anak. Peserta didik bukanlah sebuah kertas kosong yang tidak mempunyai isi sama sekali, akan tetapi peserta didik kita sudah mempunyai kodrat lahir dari sang pencipta. Peserta didik kita laksana benih yang dengan hati-hati kita rawat. Tentulah dalam merawatnya dibutuhkan hal-hal yang postif, ekosistem yang positif, komponen -- komponen yang postif pula agar benih tersebut tumbuh dengan baik. Begitu pula saat kita menuntun peserta didik kita, dibutuhkan budaya positif, ekosistem positif dan lingkungan belajar yang nyaman.

- Kaitan Budaya Positif dengan Materi Modul 1.2. Peran dan Nilai Guru Penggerak



Nilai dan peran guru penggerak akan terimplementasi dengan benar dan tepat apabila memahami dan menerapkan konsep inti budaya postif. Guru penggerak adalah pemimpin pembelajaran, agent of change, kehadiran peran guru penggerak diharapkan mampu menjadi virus positif dengan mengaktualisasikan nilai dan peran guru penggerak dengan memperhatikan memahami serta menerapkan inti budaya postif demi kemajuan pendidikan di Indonesia.

- Kaitan Budaya Positif dengan Materi Modul 1.3. Visi Guru Penggerak



Visi guru penggerak disusun haruslah mengacu pada sumberdaya yang dimiliki dalam menuju Profil Pelajar Pancasila. Visi yang disusun diharapkan mampu merubah tatanan yang lebih baik dan makin baik.  Untuk mencapai perubahan tersebut, guru hendaknya mengenal manajemen pendekatan perubahan yakni yang disebut dengan Inkuiri Apresiatif (IA). IA ini merupakan manajemen perubahan yang koloboratif dan berbasis kekuatan. Dalam penerapan manajemen perubahan yang kolaboratif ini tentulah membutuhkan iklim yang positif, rekan guru yang support dan budaya positif yang sudah konsisten dilaksanakan. Dengan begitu visi akan mudah tercapai.

B. Buatlah sebuah refleksi dari pemahaman Anda atas keseluruhan materi Modul Budaya Positif ini dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

C. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?

- Disiplin Positif

Disiplin positif adalah program yang dirancang untuk mengajarkan anak untuk menjadi bertanggung jawab serta hormat pada anggota dari komunitas mereka. Disiplin positif juga merupakan pendekatan yang menuntun anak agar mampu mengontrol diri menguasai emosi diri sehingga mampu memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai kebajikan. Disiplin positif merupakan komponen utama dalam mewujudkan budaya positif. Beberapa orang menganggap disiplin positif adalah bentuk pemberian kebebasan sepenuhnya kepada anak. Memang dalam disiplin positif ada kebebasan namun ada pula ikatan-ikatan atau pembatasan

- Teori Kontrol

Dijelaskan dalam teori control yang mampu mengontrol seseorang individu adalah dirinya sendiri. Tindakan apapun perkataan apapun yang dilakukan seseorang tergantung pada dirinya sendiri sesuai dengan komitmen motivasi pemenuhan dasar yang ada pada diri seseorang tersebut.

- Teori Motivasi

Dalam menjalani kehidupan tentulah manusia mempunyai motivasi, di mana motivasi tersebut menjadi spirit kemajuan diri. Dalam dunia pendidikan peserta didik, guru ataupun semua warga sekolah pun memiliki motivasi. Motivasi motivasi inilah yang akan membangkitkan semangat belajar, semangat bekerja dan semangat menyuguhkan yang terbaik untuk negara tercinta Indonesia terutama dalam dunia pendidikan. Motivas Motivasi dibagi menjadi dua, yakni motivasi internal dan eksternal. Motivasi internal adalah motivasi yang diinginkan oleh seseorang dalam rangka menghargai diri dnegan nilai yang diyakininya. Sementara itu, motivasi eksternal di antaranya adalah keinginan yang dilakukan dalam rangka menghindari ketidaknyamanan/hukuman atau ingin mendapatkan imbalan/penghargaan.

Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan ada 3 motivasi perilaku manusia:

a. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman

b. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain

c. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya

- Hukuman dan Penghargaan

Penghargaan 'menghukum' mereka yang tidak mendapatkan penghargaan. Misalnya dalam sistem 'ranking'. Mereka yang mendapatkan ranking kedua akan merasa paling 'dihukum'. Memberikan penghargaan dan hukuman adalah hal yang sama, karena keduanya mencoba mengendalikan perilaku seseorang. Karena orang pada dasarnya tidak suka dikendalikan, dalam jangka waktu lama, penghargaan akan terlihat sebagai hukuman. Jika suatu penghargaan diharapkan, namun Anda tidak mendapatkannya, Anda akan merasa dihukum

Hukuman dan penghargaan adalah salah satu cara mengontrol perilaku murid yang secara tidak langsung menghambat potensinya. Dalam jangka waktu tertentu, baik hukuman dan penghargaan akan sama-sama memberikan dampak yang sama, yakni ketergantungan (bukan kemerdekaan) dan tentunya mematikan motivasi internal peserta didik.

- Posisi Kontrol Guru

Lima  posisi kontrol guru, yakni: Sebagai penghukum, Sebagai pembuat rasa bersalah, sebagai teman, sebagai pemantau, dan sebagai manager.

- Kebutuhan Dasar Manusia

Lima dasar kebutuhan manusia yaitu: Kebutuhan bertahaN hidup, Kasih sayang dan rasa memiliki, Kebebasan, Kesenangan, dan Penguasaan

- Keyakinan Kelas

Keyakinan kelas merupakan serangkaian kalimat yang dibuat dan disepakati peserta didik yang mengandung nilai-nilai kebajikan dalam upaya menciptakan disiplin postif yang pada ahirnya terbentuk budaya postif yang berkelanjutan

- Segitiga Restitusi

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat. Restitusi juga merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah mereka, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka ingin menjadi (tujuan mulia), dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain. Segitiga Restitusi adalah alur untuk menegakkan keyakinan bersama di dalam kelas atau sekolah. Ada tiga unsur segitiga restitusi, yakni:

a. Menstabilkan identitas

b. Validasi tindakan yang salah

c. Menanyakan keyakinan

- Hal yang menarik dan di luar dugaan

Ternyata hukuman menjadikan peserta didik berperilaku pasif-agresif, peserta didik menjadi takut, cemas dan pesimis.

Memberikan penghargaan dan hukuman adalah hal yang sama, karena keduanya mencoba mengendalikan perilaku seseorang. Ternyata dampak salah satu pemberian penghargaan terus menrus justru mematikan kreativitas peserta didik. Seorang guru ternyata bukan hanya sebagai pemantau untuk peserta didiknya, ada 5 posisi control guru yang harus diterapkan dalam menuntun peserta didik. Pemahaman akan engan mengetahui kebutuhan dasar manusia, diharapkan mampu memetakan motivasi yang dilakukan  seorang siswa saat ia berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan aturan/keyakinan sekolah.

Ada tahapan-tahapan bijak dalam penyelesaian kasus yang pada akhirnya tidak membuat luka pada yang melanggar keyakinan kelas, ternyata penerapan segitiga restitusi dalam penyelesaian kasus sangat efektif, yang pada awalnya saya hanya menstabilkan identitas dan validasi tindakan, pada tahap ketiga menanyakan keyakinan kelas, di sini yang menyadari siswa akan tindakan dan konsekwensi yang sudah disepakati. Peserta didik akan mampu mengontrol diri.

D. Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?

Setelah mempelajari modul ini, saya menjadi sadar dan memebelokkan cara berfikir saya yang tadinya konvensional, setelah mempelajari modul ini perubahan cata berfikir saya diantaranya yaitu:

a. Pemahaman saya tentang motivasi yang dilakukan oleh seseorang dan kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya. Oleh sebab itu, saya bisa menganalisis apa yang dibutuhkan dan diinginkannya sehingga bisa mempermudah dalam mencarikan solusi yang tepat.

b. Menyadarkan saya ternyata baik hukuman dan penghargaan berdampak tidak efektif dalam pembelajagan. Hukuman dan penghargaan sama -- sama akan membunuh karakter anak. Maka dari itu saya berusaha untuk menghindari hukuman baik hukuman verbal maupun non verbal, sama halnya dengan pemberian penghargaan, dalam memberi penghargaan tentunya saya akan mberusaha untuk peserta didik saya tidak tergantung dengan penghargaan, namun saya tetap memberi apresiasi demi semnagat motivasi dan kemajuan belajar peserta didik saya.

c. Di manapun saya bekerja berusaha membawa virus budaya positif, setelah saya mempelajari modul ini dampak positif dari penerapan disiplin positif yang diterapkan secara menerus akan mampu menciptakan budaya positif yang hakiki, oleh sebab itu baik di kelas maupun di lingkungan tempat saya bekerja saya berusaha menjadi tauladan yang baik bagi orang-orang di sekeliling saya.

d. Menerapkan alur segitiga rsetitusi dalam penyelesain kasus peserta didik saya dengan segitiga restitusi saya percaya akan mendukung pembelajaran yang berpihak kepada siswa dan mendukung terciptanya budaya positif.

E. Pengalaman seperti apakah yang pernah anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda?

Dengan keyakinan kelas maka akan terwujud budaya positif sehingga tercipta lingkungan belajar yang nyaman. Di kelas saya pada awal tahun pelajaran kemarin kami menyusun kesepakatan kelas, namun setelah saya mempelajari modul ini, saya tidak menemukan istilah kesepakatan kelas, namun keyakinan kelas, di mana keyakinan kelas dibentuk murni dari diri dalam peserta didik. Suatu hari peserta didik saya melakukan pelangaran terhadap keyakinan kelas, saya menerapkan alur-alur segitiga rsetitusi untuk memecahkan masalah tersebut.

F. Bagaimanakah perasaan Anda ketika mengalami hal-hal tersebut?

Dalam penyelesaian kasus dengan penerapan segitiga rsetitusi yang berpedoman pada keyakinan kelas, saya merasa bangga pada peserta didik saya, bahwa ternyata benar motivasi disiplin diri itu muncul pada diri mereka. Saya merasa terharu juga, memang sebaiknya saat menuntun peserta didik harus didasari ilmu yang tepat, bukan sekedar pengetahuan dan pengalaman, namun ilmu-ilmu teori-teori yang tepat juga sangat diperlukan. Saya juga merasa selama ini saya salah kaprah dalam menyadari anak atas tindakan yang salah.

G. Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah baik? Adakah yang perlu diperbaiki?

Penerapan alur segitiga dalam menyelesaikan kasus dengan menanyakan keyakinan kelas, membawa anak sadar akan kesalahannya dan menuntun anak untuk menerapkan konsekwensi yang sudah disepakati, jadi anak dengan sendirinya termotivasi untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Yang perlu diperbaiki adalah saya harus menyusun umpan balik dari hal yang sudah saya lakukan, artinya setelah penyelesaian kasus saya harus menyusun umpan balik dan refleksi diri, dismaping itu juga saya harus tetap menyakinkan bahwa hal tersebut akan dijalani terus menerus

H. Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi manakah yang paling sering Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda saat itu? Setelah mempelajari modul ini, posisi apa yang Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda sekarang? Apa perbedaannya?

Sebelum mempelajari modul 1.4. saya lebih banyak menempatkan diri di posisi guru sebagai pemberi hukuman. Ketika peserta didik saya melanggar keyakinan kelas saya sering memberi hukuman verbal, artinya dengan perkataan yang membuat anak takut dan merasa bersalah.. Setelah mempelajari modul ini saya akan memakai posisi sebagai teman, pemantau dan manajer. Perbedaannya adalah siswa bisa menyadari masalah yang dilakukannya dan memberikan ruang kepada siswa untuk menyelesaikan masalah dengan solusinya sendiri. Peserta didik saya merasa nyaman dan tidak tertekan.

I. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, tahap mana yang Anda praktekkan dan bagaimana Anda mempraktekkannya?

Pernah, tetapi belum lengkap. Saya hanya  menerapkan di bagian menstabilkan identitas dan validasi tindakan yang salah. Pada tahap menanyakan keyakinan kelas bagian yang belum saya laksanakan. Kesepakatan kelas belum dibuat, Sekarang saya menyadari menyusun keyakinan kelas adalah upaya menerapkan budaya positif baik bagi siswa maupun guru.

J. Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?

Hal yang penting adalah melestarikan mempertahankan sesuatu yang sudah dibentuk, terkadang kita lupa cara membudidayakan, melestarikan yang sudah diciptakan. Maka dari itu perlu adanya kolaborasi, konsistensi, kesadran diri yang terus menerus agar apa yang sudah dibentuk menjadi habitual action, atau kebiasaan yang berkelanjutan.

Demikian pemaparan saya dalam memenuhi tugas Koneksi Antar Materi Modul 1.4

Wassalamualaikum wr. Wb.

 

 

 

 

 

 

 


Posting Komentar

0 Komentar