1.4.a.8. Koneksi Antar Materi Modul 1.4 Budaya Positif

Koneksi antar materi merupakan salah satu tugas untuk penutup sebuah modul. Kali ini yang akan saya kerjakan adalah tugas 1.4.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.4 tentang Budaya Positif. Pada tahap ini CGP diajak untuk meninjau ulang keseluruhan materi pembelajaran di paket Modul 1 dan membuat sebuah koneksi antar materi yang sudah CGP pelajari. CGP akan membuat sebuah kesimpulan dan refleksi yang disajikan dalam bentuk media informasi. Ada beberapa pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengerjakan tugas ini.

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, teori kontrol,  teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?

Modul 1.4 merupakan modul yang mempelajari tentang Budaya Positif. Banyak materi yang disampaikan dalam modul ini antara lain tentang "disiplin positif dan nilai -- nilai kebijakan universal", "Teori motivasi, hukuman dan penghargaan dan restitusi", "keyakinan kelas", "kebutuhan dasar manusia dan dunia berkualitas", " Restitusi - lima posisi kontrol", dan "Restitusi -- Segitiga Restitusi".

Berdasarkan teori kontrol Dr. William Glasser, kita tidak dapat mengontrol orang lain, kita hanya dapat mengontrol diri sendiri. Disiplin positif adalah disiplin yang dilakukan dengan motovasi dalam diri (motivasi intrinsik). Hukuman dan penghargaan tidak efektif untuk menumbuhkan disiplin positif, efek yang terjadi hanya disiplin dalam waktu itu saja, dan ada bekas luka yang tertanam dalam diri anak. Alangkah lebih baiknya jika kita mengambil peran manager dalam penanganan anak dengan restitusi. 

Dalam penanganan menggunakan restitusi kita tidak mencari siapa yang salah dan siapa yang benar, tetapi kita mencari benar - benar, kita menganalisa kebutuhan dasar apa yang belum terpenuhi dari anak tersebut, karena setiap perilaku yang dilakukan pasti memiliki tujuan. Kemudian kita bisa membuat keyakinan pada kelas yang kita ampu, bukan peraturan yang dibuat tetapi keyakinan kelas. 

Perbedaan antara peraturan dengan keyakinan adalah, jika peraturan kita yang membuat, jika keyakinan guru dengan murid yang membuat dan disepakati bersama, misalnya keyakinan bertanggung jawab berarti murid akan bertanggung jawab dengan semua yang seharusnya mereka kerjakan misal mengerjakan tugas, mengembalikan buku ke perpustakaan dan lain -- lain.

      
Menurut Diane Gosse ada 5 posisi kontrol yang dapat diterapkan seorang guru yaitu : Penghukum, Pembuat Rasa Bersalah, Teman, Pemantau dan Manajer.  

Disini guru diharapkan bisa berperan sebagai menager di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri.  Yang terakhir adalah segitiga restitusi, dimana kita tidak mencari benar dan salah terhadap permasalahan murid, tetapi mencari benar dan benar, Selain itu kita juga dapat mengajak murid mengingat keyakinan kelas yang telah disepakati dan menawarkan murid menentukan sendiri solusi dari permasalahan yang dia lakuan. Adapun langkah -- langkahnya antara lain : Menstabilkan Identitas (Stabilize the Identity), Validasi Tindakan yang Salah (Validate the Misbehavior), Menanyakan Keyakinan (Seek the Belief).

Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?

Mungkin selama ini banyak hal yang kurang pas bagi saya dalam membimbing murid. Beberapa peran yang saya ambil masih sebatas peran menghukum dan membuat murid merasa bersalah, dengan harapan murid akan menjadi disiplin dan menyadari kesalahan. Ternyata setelah saya mempelajari modul ini saya sangat keliru, hal yang saya lakukan justru menimbulkan efek sebaiknya, murid merasa malu dan merasa tidak dihargai kemudian mendapatkan rasa luka yang membekas dan selalu diingat, selain itu anak menjadi down secara mental. 

Saya tidak ingin diingat anak sebagai guru yang killer dan keras kepada murid, tetapi saya ingin diingat murid sebagai guru yang baik, inspiratif dan memotivasi anak. Dalam hal ini saya ingin mengambil peran sebagai manager dan menerapkan restitusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah -- masalah pada murid.

Pengalaman seperti apakah yang pernah Anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda?

Saya seringkali memberikan pendampingan murid - murid dalam menyelesaikan masalah dengan cara yang keliru, jika merujuk kepada modul peran yang sering kali saya terapkan adalah pembuat merasa bersalah. Saya sering menyerang mental murid dengan membuatnya merasa bersalah baru setelah itu memberikan pengertian kepada anak akan tindakan yang dilakukan itu keliru dan harus bisa diselesaikan supaya anak tidak berlanjut melakukan kesalahan dan teman yang lain tidak menirunya.

Bagaimanakah perasaan Anda ketika mengalami hal-hal tersebut?

Saya mencoba masuk ke dalam masalah dan perasaan murid, saya beranggapan murid akan lebih mengerti dan saya bisa mengontrol mereka.

Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah baik? Adakah yang perlu diperbaiki?

Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi manakah yang paling sering Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda saat itu? Setelah mempelajari modul ini,  posisi apa yang Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda sekarang? Apa perbedaannya?

Sebelum mempelajari modul ini ada beberapa posisi yang sering saya lakukan yaitu sebagai pembuat merasa bersalah, teman dan pemantau. Saya kira cara ini efektif dan dapat merubah mereka menjadi lebih baik. Tetapi anggapan saya keliru justru yang ada mental murid bisa menjadi down, menurut hanya kepada saya saja dan mengikuti peraturan jika dalam pangawasan saja. Setelah mempelajari modul ini saya akan mengambil perasn sebagai manager, dimana bisa merubah  murid -- murid menjadi disiplin secara pelan -- pelan dan disiplin itu lahir dalam diri mereka, bukan karena takut peraturan tetapi memang mereka sudah menyadari apa yang mereka lakukan itu tidak sesuai keyakinan yang mereka pegang.

Posting Komentar

0 Komentar