Salam dan bahagia,
Hallo saya Ardi Firmanto CGP Angkatan 9 dari Kabupaten Magelang.
Pada kesempatan ini, saya akan menuliskan Koneksi Antar Materi Modul 2.3
Dalam modul 2.3 saya belajar
tentang materi coaching untuk supervisi akademik. Saat mempelajari materi ini
saya merasa senang sekali mengingat materi ini merupakan hal yang sangat baru
bagi saya. Namun saya pernah mendapat pengalaman sebelumnya dalam melaksanakan
salah satu tahapan dalam alur coaching yakni mengidentifikasi dan mananyakan
pertanyaan berbobot. Karena adanya pengalaman sebelumnya, saya tidak begitu
mengalami kesulitan pada saat mengidentifikasi permasalahan dan menanyakan
pertanyaan berboot saat praktik coaching dengan sesama rekan CGP. Pada
saat mempelajari modul ini saya berusaha untuk memahami dan mempraktikkannya
baik dengan rekan CGP, rekan sejawat maupun dengan murid saya. Untuk
meningkatkan keterampilan coaching, saya harus banyak berlatih dalam menanyakan
pertanyaan berbobot, sehingga coachee akan terarah untuk mendapatkan solusi
atau paling tidak perubahan baik dalam perilaku ataupun hal yang diharapkannya.
Untuk mendapatkan hasil terbaik dalam proses coaching, diperlukan adanya kematangan
pribadi seorang coach terlebih dahulu. Karena seorang coach diperlukan sosok
yang matang dan meyakinkan.
Coaching merupakan suatu proses pengembangan diri sendiri dan orang lain melalui kolaborasi yang sejajar dengan berfokus pada perubahan terhadap apa yang menjadi tujuannya atau solusi dari permasalahannya. Berdasarkan pengertian di atas, dapat dianalisis bahwa coaching merupakan usaha untuk mengembangkan potensi baik diri sendiri maupun orang lain. Dengan adanya kolaborasi dengan orang lain diharapkan kita mendapatkan solusi terhadap permasalahan yang kita hadapi. Dalam coacing terjalin hubungan yang sejajar antara coach dengan coachee. Dengan prinsip kemitraan, proses coaching akan mendapatkan hasil yang diharapkan dan tertata secara sistematis.
Sebagai calon guru penggerak,
saya telah berupaya untuk menjadi seorang coach di sekolah, setidaknya menjadi
coach bagi murid-murid saya dan rekan sejawat dalam menyelesaikan masalah dan
mengembangkan potensinya. Sebenarnya dengan memberikan pembelajaran yang
berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional, saya sebagai guru tengah
berusaha untuk mengembangkan potensi murid-murid dan potensi saya sendiri.
A.
Kaitan dengan pembelajaran di modul 2.1 tentang pembelajaran berdiferensiasi, sebagai guru sudah menjadi kewajiban saya untuk memfasilitasi kebutuhan murid dalam pembelajaran. Untuk
mengetahui kebutuhan murid yang beraneka ragam itu banyak hal yang dapat saya lakukan diantaranya melalui
wawancara, melalui pemberian soal di awal pembelajaran, melalui refleksi
pembelajaran, atau bahkan melalui pengamatan atau observasi. Kebutuhan murid
dapat dikelompokan menjadi 3 yakni minat, profil belajar dan kesiapan belajar (readiness).
Dalam pembelajaran berdiferensiasi ada 3 poin penting yang perlu diperhatikan
guru sebagai ciri khas dalam pembelajran berdiferensiasi yakni adanya
diferensiasi konten, proses dan hasil. Namun ketiga hal diferensiasi tersebut
dapat diwujudkan tergantung tujuan pembelajaran, konteks materi dan situasi
pembelajaran itu sendiri. Paling tidak, salah satu dari ketiga hal tersebut
harus tampak ada dalam proses pembelajaran berdiferensiasi.
Jadi
dalam pembelajaran berdiferensiasi, saya berperan menjadi coach bagi
murid-murid saya dalam mengembangkan potensinya. Hal ini diwujudkan dengan
pembelajaran berdiferensiasi yang berupaya untuk mengakomodir semua kebutuhan
murid. Dan semua kebutuhan murid ini merupakan semua hal yang murid harapkan
selama pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan aktif,
semangat, dan tentunya tujuan pembelajarannya dapat tercapai. Dengan demikian,
hubungan guru sebagai coach dalam pembelajaran sangat erat kaitannya dengan
pembelajaran berdiferensiasi. Dalam hal ini guru berusaha mengembangkan potensi
murid dengan cara mencari tahu apa yang menjadi kebutuhan selama
pembelajarannya sehingga dengan mempelajari sesuatu yang sesuai dengan
kebutuhannya insya Allloh tujuan pembelajaran akan tercapai dengan lebih mudah,
dan pembelajaran akan berlangsung dengan legih efektif dan efesien.
B. Kaitan dengan pembelajaran
sosial emosional, sebagai calon guru penggerak saya berupaya untuk menciptakan
kondisi lingkungan pembelajaran yang kondusif terutama selama proses pembelajaran.
Pembelajaran sosial emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara
kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Prinsip mindfulness
(kesadaran penuh) merupakan suatu prinsip utama dalam pembelajran sosial
emosional. Kesadaran penuh berarti praktik yang membantu kita dalam menyikapi,
memproses, dan merespon permasalahan yang dihadapi untuk fokus pada situasi
saat ini. Ada beberapa cara agar kita dapat merasakan kesadaran penuh
diantaranya mengamati berbagai perasaan yang muncul, mengungkapkan terimakasih
terhadap 3 hal yang kita syukuri, fokus pada 3 hal yang kita lihat, dengar dan
rasakan, menuliskan pikiran dan perasaan yang muncul saat ini, menggambar,
membuat coretan atau mewarnai, fokus pada prosesnya bukan pada hasilnya,
dengarkan dan mainkan alat musik, kemudian rasakan bunyi dan suara yang
terdengar, serta kegiatan lainnya yang dapat membuat kita merasakan kesadaran
penuh.
Berdasarkan materi pada modul 2.2
yang ditulis dalam LMS Pendidikan calon guru penggerak tentang pembelajaran
sosial emosional, ada beberapa kompetensi yang perlu diperhatikan guru saat
proses pembelajaran yaitu kompetensi kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran
sosial, keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggungjawab.
1. Kesadaran diri adalah kemampuan untuk memahami perasaan,
emosi, dan nilai-nilai diri sendiri, dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku
diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan. Misalnya mengidentifikasi kekuatan/aset
diri dan budaya, mengidentifikasi emosi-emosi dalam diri, menunjukkan
integritas dan kejujuran, dapat menghubungkan perasaan, pikiran, dan
nilai-nilai, memiliki pola pikir berkembang, mengembangkan minat dan menetapkan
arah tujuan hidup.
2. Manajemen diri merupakan kemampuan untuk mengelola emosi,
pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk
mencapai tujuan dan aspirasi. Contoh kegiatan yang termasuk manajeman diri
adalah kemampuan mengelola emosi diri, mengidentifikasi dan menggunakan
strategi-strategi pengelolaan stres, menunjukkan disiplin dan motivasi diri,
merancang tujuan pribadi dan bersama, menggunakan keterampilan merancang dan
mengorganisir dan memperlihatkan keberanian untuk mengambil inisiatif.
3. Kesadaran sosial merupakan kemampuan untuk memahami sudut
pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari
latar belakang, budaya, dan konteks yang berbeda-beda. Diantara contoh kegiatan
yang menunjukan kesadaran sosial adalah mempertimbangkan pandangan/pemikiran
orang lain, mengakui kemampuan/kekuatan orang lain, mendemonstrasikan empati
dan rasa belas kasih, menunjukkan kepedulian atas perasaan orang lain, memahami
dan mengekspresikan rasa syukur dan mengidentifikasi ragam norma sosial,
termasuk dengan norma-norma yang menunjukkan ketidakadilan.
4. Keterampilan berelasi dapat diartikan sebagai kemampuan
untuk membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan yang sehat dan suportif.
Keterampilan berelasi ini dapat diwujudkan dengan kegiatan - kegiatan berikut :
- Berkomunikasi dengan efektif
- Mengembangkan relasi/hubungan positif
- Memperlihatkan kompetensi kebudayaan
- Mempraktikkan kerjasama tim dan pemecahan masalah secara kolaboratif
- Dapat melawan tekanan sosial yang negatif
- Menunjukkan sikap kepemimpinan dalam kelompok
- Mencari dan menawarkan bantuan apabila membutuhkan
5. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dimaknai
sebagai kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan berdasar atas kepedulian,
kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman, dan untuk
mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku
untuk kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, masyarakat, dan
kelompok. Berikut adalah contoh-contoh yang dapat dikategorikan ke dalam
kegiatan pengambilan yang bertanggung jawab :
- Menunjukkan rasa ingin tahu dan keterbukaan pikiran
- Mengidentifikasi/mengenal solusi dari masalah pribadi dan sosial
- Berlatih membuat keputusan beralasan/masuk akal, setelah menganalisis informasi, data, dan fakta
- Mengantisipasi dan mengevaluasi konsekuensi-konsekuensi dari tindakannya
- Menyadari bahwa keterampilan berpikir kritis sangat berguna baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah
- Merefleksikan peran seseorang dalam memperkenalkan kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, keluarga, dan komunitas.
- Mengevaluasi dampak/pengaruh dari seseorang, hubungan interpersonal, komunitas, dan kelembagaan.
Berdasarkan pemahaman yang dijelaskan dalam pembelajaran sosial dan emosional di atas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran dirancang untuk menciptakan kondisi lingkungan pembelajaran yang aman, nyaman, harmonis, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai harapan. Dalam hal ini guru berusaha untuk membantu mengkondisikan murid untuk belajar dengan penuh konsentrasi, aktif dan menyenangkan, Guru yang berperan sebagai coach bagi murid-muridnya dikelas berupaya untuk mengembangkan potensinya karena secara psikologis guru telah menyiapkan kondisi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid. Dalam pembelajaran sosial emosional, guru yang berperan sebagai coach berusaha menjembatani semua kebutuhan murid supaya murid dapat belajar dengan lebih optimal, fokus dan konsentrasi.
C. Sebagai pemimpin pembelajaran
guru menuntun murid-muridnya untuk mengembangkan kompetensinya. Kita tahu bahwa murid di dalam kelas terdiri dari berbagai latar belakang budaya, keluarga,
kondisi kesehatan, minat, profil belajar, kesiapan belajar terhadap materi yang
diajarkan dan keanekaragaman lainnya. Guru yang berperan sebagai pemimpin
pembelajaran harus mampu mengakomodir semua perbedaan tersebut dengan tujuan
akhirnya semua murid tersebut mampu meningkatkan kompetensinya masing-masing
sesuai dengan minat dan bakatnya.
Dalam upaya untuk mengembangkan
potensi murid tersebut, guru berperan sebagai coach sedangkan murid-muridnya
berperan sebagai coachee. Upaya-upaya guru sebagai coach dalam pembelajaran
dapat terlaksana dengan hadirnya pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran
sosial emosional. Upaya-upaya ini bertujuan mengembangkan kompetensi murid.
Dengan terfasilitasinya semua kebutuhan murid, kompetensi-kompetensi yang ada
dalam diri murid akan terakomodir dengan baik. Dengan demikian, guru
sebagai coach yakni mengembangkan potensi murid dapat terlaksana dengan baik.
Sebagai pemimpin pembelajaran guru selalu membangun kesadaran untuk
meningkatkan potensi diri murid-muridnya, selalu memonitor performa muridnya
selama pembelajaran, berusaha untuk memotivasi dan berupaya membantu untuk
menemukan solusi-solusi permasalahan yang dihadapinya. Dengan demikian, peran
guru sebagai coach dalam pemimpin pembelajaran tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Karena pada dasarnya peran guru sebagai coach juga sama seperti halnya
peran guru sebagai pemimpin pembelajaran yakni meningkatkan semua potensi yang
ada pada diri murid.
0 Komentar